Mengapa Semakin Dewasa, Kita Semakin Membenci Banyak Orang (Dan Mengapa Itu Gak Masalah)


Beberapa orang mungkin setuju dan sebagian lainnya mungkin tidak setuju dengan judul di atas, it’s okay,bebas. Tapi bagi saya, semakin dewasa atau semakin tua, saya semakin membenci banyak orang. Dulu waktu masih kecil, saya memiliki banyak teman sebaya, kebanyakan dari tetangga – tetangga di komplek, kami bermain bersama, bergurau bersama.

Lalu ketika masuk masa sekolah, beberapa teman sepermainan mulai menghilang satu persatu, ada yang karena pindah rumah, beda sekolah, dan juga ada yang tidak bisa sekolah. Memang sih ganti berteman dengan anak – anak satu kelas dan beberapa teman dari kelas lain. It was fun, tapi saat itu juga tetap ada jarak, misalnya status sosial yang dilihat dari gadget yang dibawa, kendaraan yang digunakan, dan sebagainya. Ada juga kelompok – kelompok yang dibedakan antara tingkat kecerdasan seseorang, ada geng anak pintar dan ada geng hura – hura. Belum lagi ditambah dengan yang dibedakan oleh tingkat kepopuleran, ada geng idola yang isinya anak – anak keren, ganteng atau cantik dan ada juga kelompok anak – anak cupu yang kerap dibully dan menjadi satu komunitas karena kesamaan nasib.

Lalu saya masuk kelompok yang mana ?

Dari dulu saya merasa cukup mudah berteman dengan siapa saja. Saya pun memiliki banyak teman baik dan sudah saya anggap sahabat. Saya sangat bersyukur bisa memiliki banyak sahabat seperti mereka. Kami biasa bersama – sama kemana saja, ke mall, dugem, dan sebagainya. Kami pun berangan – angan suatu saat ketika salah satu dari kami menikah, semua bisa datang, menjadi pagar ayu atau semacam tamu VIP di acara pernikahan.

Tapi tak jarang kenyataan tak sesuai harapan. Saya dan mereka memiliki masalah masing – masing. Terkadang masalah itu membuat kami makin kuat karena saling mendukung, tapi seringkali masalah – masalah itu juga yang membuat persahabatan kami renggang.

Dan seiring berjalannya waktu dan semakin bertambahnya usia, banyak orang – orang yang kita sayang justru meninggalkan kita, banyak orang – orang yang kita percaya justru mengkhianati kita.
Dari situ kadang kita merasa tidak ada orang yang benar – benar bisa kita sayang, tidak ada orang yang bisa kita percaya. Mungkin yang salah bukan mereka, saya. Tapi disini saya tidak membahas salah saya salah mereka, atau menyalahkan situasi, yang ingin saya katakan adalah ketika kita dewasa atau semakin tua mengapa kita semakin membenci banyak orang, dan apakah hal itu tidak wajar ? Mungkin hal ini bisa menjelaskan alasannya !

Semakin tua, kamu semakin malas bertemu orang – orang bermuka dua

Ketika kamu masih muda, kamu hanya mau berteman, dengan banyak orang. Kita juga terlalu mempedulikan apa yang orang pikir tentang kita. Kita bahkan mau – mau saja melakukan berbagai hal yang memalukan, ceroboh, dan destruktif hanya untuk membuat orang lain senang dengan kita. Kita sangat ingin menjadi kelompok yang dianggap keren.

Hal – hal tersebut sebenarnya justru membuat sebuah persahabatan menjadi rusak. Kita tidak menjadi diri sendiri, kita menjadi orang lain agar bisa diterima. Kalau mengarah ke hal yang baik maka it’s okay, tapi kalau ke arah yang buruk ?

Nah, semakin tua, kita kadang malas atau terlalu lelah untuk menjadi orang lain. Jika orang lain tidak bisa menerima kita apa adanya ya sudah. Kalau kata Kurt Cobain, “lebih baik saya dibenci karena menjadi diri saya sendiri, daripada dicintai karena menjadi orang lain”.

Semakin tua, kamu semakin malas memiliki teman baru


Bisa dibilang, sekarang saya sudah sampai pada titik dimana mencari teman baru bukan menjadi prioritas hidup saya. Saya sudah cukup tahu bagaimana orang – orang bisa berubah dari yang senyum – senyum baik hingga senyum sambil menusuk punggungmu dari belakang. Saya tidak sudi masuk lagi dalam pusaran badai pengkhianatan seperti itu lagi. Saya sudah muak.

Saya tegaskan, saya bukan orang yang tertutup. Saya masih menjadi pendengar yang baik dari teman – teman yang lain. Saya masih suka ngobrol dengan mereka, saya masih bisa shopping bareng, have fun bareng. Tapi cukup sampai di situ saja, tidak lebih. Saya tidak mau mereka masuk terlalu jauh ke dalam kehidupan saya. Saya tidak menceritakan rahasia – rahasia saya. Love all trust none.

Semakin tua, kamu semakin sulit percaya dengan orang lain

Saat kamu masih kecil, kamu mungkin berharap agar semua orang berbaik hati padamu, tulus mencintaimu, tapi ketika kamu sudah beranjak dewasa kamu akan tahu sifat – sifat buruk mereka.

Lucu sih kadang kalau ingat beberapa teman pergi ketika kita sebenarnya membutuhkan mereka, menaruh kepercayaan pada mereka, tapi mereka justru pergi, menghindar, atau pura – pura tidak tahu. Tapi untunglah dengan begitu saya jadi tahu sifat buruk mereka, saya jadi tahu mana teman yang benar – benar teman, dan mana teman yang palsu.

Saya harus mulai hati – hati memilih teman, saya harus pandai – pandai menilai mana teman yang bisa dipercaya dan mana teman yang tidak bisa dipegang omongannya. Dan untuk orang – orang palsu yang pernah ada di kehidupan kamu, udahlah ditinggalkan aja.

Semakin tua, kamu semakin tidak peduli pada orang lain

Masa di mana kamu berhenti terlalu peduli terhadap orang lain dan mulai mencintai diri sendiri dan keluarga adalah masa di mana keadaan akan menjadi lebih baik. Itu ibaratnya seperti kamu sedang berada di jalan antara kedewasaan yang mentah menuju kedewasaan yang matang.

Kamu berhenti mempersilakan orang lain untuk mengatur hidupmu dan mulai mencintai diri sendiri. Anggap saja begini, ketika kamu sudah tidak bisa diatur – atur lagi, mereka akan lelah sendiri untuk mengusikmu.  


Teman akan meninggalkanmu, tapi kamu sendiri tidak akan meninggalkanmu. Simple.




loading...

Artikel Terkait

Mengapa Semakin Dewasa, Kita Semakin Membenci Banyak Orang (Dan Mengapa Itu Gak Masalah)
4/ 5
Oleh

Berlangganan

Suka dengan artikel di atas? Silakan berlangganan gratis via email

1 komentar:

30 April 2022 at 00:43 delete

saya malah membuang semua teman2 saya dan menjauhi keluarga saya dan justru malah itu membuat saya lebih cepat maju dari sebelumnya

Reply
avatar

Cari Artikel